Minggu, 10 Juni 2012

Ekspedisi menjelajahi Pulau Wakatobi

Rute trip perjalanan : Jakarta - Makassar - Pulau Bau Bau - Pulau Wangi Wangi - Pulau Hoga - Pulau Kaledupa - Pulau Tomia - ( kembali lagi ke ) Pulau Wangi Wangi - Pulau Bau Bau - Makassar - Jakarta

Tak pernah terpikirkan oleh saya bahwa saya akan memiliki kesempatan selangka ini untuk menemui surga diving yang sudah terkenal seantero dunia : Kepulauan Wakatobi di Sulawesi.

Anda harus pahami, nama Wakatobi adalah nama baru untuk meng- singkati nama keempat pulau utama yang menjadi tujuan utama wisata yaitu : Wangi- Wangi, Kaledupa, Tomia, Binongko. Saat ini, penggunaan nama Wakatobi lebih dikenal oleh masyarakat domestik maupun mancanegara daripada menyebut nama keempat pulau tersebut satu per satu.

Perairan Wakatobi berada pada wilayah Coral Triangle, atau dalam bahasa Indonesia segitiga terumbu karang, yaitu wilayah yang memiliki keanekaragaman terumbu karang dan keragaman hayati laut tertinggi didunia. Saya ulang yah, di DUNIA, bukan cuma di Asia saja. Kini, Wakatobi sangat populer bagi para diver dunia. Wakatobi memiliki 750 dari 850 spesies koral, jenis karang yang beragam, serta makhluk laut langka yang sulit ditemukan di tempat lain.

Perjalanan ini saya mulai dari Jakarta menuju Makassar terlebih dahulu menggunakan pesawat terbang besar jenis Boeng 797 milik Lion Air. Harga yang saya dapatkan dari Jakarta untuk terbang menuju Makassar adalah Rp. 700.000, terbilang cukup mahal sebab saya membeli tiketnya juga H-10. Lama perjalanan adalah 2 jam pas.

Berikut jurnal perjalanan team kami yang saya persingkat untuk memudahkan anda menyerap informasi dan mengakses salah satu pulau surgawi di Indonesia.

----- Ekspedisi Wakatobi -----


Pulau Bau Bau
Pulau Bau Bau merupakan portal alias akses utama menuju gugusan kepulauan Wakatobi. Dari Makassar ( Ujung Pandang ) untuk menuju ke Pulau Bau Bau, saya menggunakan maskapai penerbangan Lion Air jenis kecil yang hanya mampu mengangkut 30 penumpang. Biaya yang saya bayar perorang adalah Rp. 650.000 untuk sekali perjalanan dari Makassar ke Pulau Bau Bau. Pastikan anda memiliki informasi lengkap mengenai jam penerbangan dan hari apa saja maskapai penerbangan ini mengadakan penerbangan ke pulau ini. Lama perjalanan maksimal yang diumumkan melalui speaker dalam pesawat adalah 1 jam 15 menit, Dan stopwatch saya mencatat lama perjalanan kami adalah 59 menit saja.

Pemandangan dari atas pesawat, bagusnya Wakatobi udah kelihatan bahkan dari sini


Kami terbang menggunakan pesawat ini, dan saya merasa cukup nyaman



Papan selamat datang di airport Pulau Bau Bau

Airport ini kecilnya agak ekstrem untuk perspektif masyarakat yang terbiasa tinggal dikota besar. Pastikan saja anda membeli makanan atau minuman, ( kalau saya rokok ) di Makassar sebelum ke Bau Bau. Sebenarnya kebutuhan disini lumayan banyak, hanya kurang lengkap, jenisnya itu- itu saja, harganya pun jelas lebih mahal sedikit. Jika anda pergi berombongan dan lebih dari 3 hari, maka alangkah bijaksananya jika anda memilih berhemat dengan membawa logistik yang anda butuhkan dengan sewajarnya.

----- Ekspedisi Wakatobi -----

Pulau Wangi Wangi
Pulau ini kami akses dari Pulau Bau Bau menggunakan kapal kayu yang ternyata tidak seprimitif yang ada didalam benak saya. Pelabuhannya cukup dekat dari airport Pulau Bau Bau, dan kapal akan berlayar pukul 09.00 malam WIT, jadi pastikan anda sudah membeli tiket dan duduk manis diatas kapal sebelum pukul 08.00 kawan ( kalau gak mau diserobot oleh yang lain ). 

Kapal ini yang membawa kami dari Pulau Bau Bau menuju Pulau Wangi Wangi ( Kabupaten Wanci )

Kami tidur digeladak bawah, dekker atas tapi yang bagian bawah

Biaya menyeberang dari Pulau Bau Bau ke Pulau Wangi Wangi menggunakan kapal kayu ini adalah Rp. 130.000/ orang dewasa. Kapal ini aslinya berkapasitas diatas 300 orang. Kapal ini mempunyai 2 lapis flat. Bawah dan atas ( atau biasa disebut " Dek " dari kata " Dekker " ), lalu masing- masing dekker dibagi lagi tempat tidurnya, yaitu bagian atas dan bagian bawah. Intinya bagi anda yang mudah mabuk laut, apalagi mengingat perjalanan ini memakan waktu yang cukup lama, pilihlah bagian yang serendah mungkin yang anda dapat untuk meminimalkan ayunan ombak yang bisa memabukkan anda. Dan angin laut nya juga cukup dingin, pastikan saja anda membawa serta jaket, atau minimal kaus kaki yang tebal.

Lama perjalanan dari Pulau Bau Bau ke Pulau Wangi Wangi adalah 9 jam berlayar menurut awak kapal, dan kami menempuh 11 jam perjalanan menurut stopwatch saya dikarenakan ombak yang cukup merepotkan, meskipun tidak terlalu ekstrem. Cuaca cenderung bersahabat dengan kami kali ini, mengingat bulan Juni adalah bulan yang terbaik untuk mampir ke Pulau WAKATOBI menurut om Google.

Akhirnya menginjakkan kaki di Wakatobi yang termahsyur itu setelah 11 jam digoyang oleh kapal kayu

Segera setelah anda menyusuri jalan panjang untuk keluar dari pelabuhan, anda akan menemukan peta besar yang menghadap anda saat keluar dari pelabuhan. Jangan terburu- buru untuk menggunakan jasa angkutan ojek motor, becak maupun bus yang dengan getolnya menawari jasanya kepada anda. Percayalah, jaraknya amat sangat dekat. Dari pelabuhan, sejak anda turun dari kapal menuju peta kota hanyalah 10 menit dengan berjalan kaki. Dalam peta kota ini anda akan menemukan hanya 2 rute yang mengarah ke tempat penginapan. 

Inilah Peta Kota yang saya maksud

Kawan- kawan tengah musyawarah dadakan untuk mencari tempat penginapan atau makan siang terlebih dahulu

Akhirnya kami semua memutuskan untuk check in ke penginapan terlebih dahulu, mengingat logistik yang kami bawa lumayan berat dan mayoritas diantara kami adalah para wanita.

Arah menuju lokasi penginapan adalah disebelah kiri pelabuhan dan dapat ditempuh hanya dalam 15 menit dengan berjalan kaki santai. Range harga yang kami temukan untuk penginapan bagi turis domestik adalah Rp. 75.000 semalam - Rp. 500.000 semalam. Yang murah biasanya hanya berfasilitas kipas angin dengan kamar mandi diluar kamar. Lebih mirip tempat hunian penduduk daripada disebut wisma atau penginapan. Sedangkan yang termahal sudah pasti lebih mirip hotel sesungguhnya, dengan fasilitas AC, dan pemandangan menghadap kelaut. Kami memilih penginapan bernama " Wakatobi Hotel " dengan harga semalamnya adalah Rp. 160.000 dengan fasilitas AC, kamar mandi didalam, dan balcony rooftop menghadap langsung kelaut.

Inilah kamar yang saya tempati bersama rekan- rekan saya

Setelah kami mandi dan melepas penat sejenak ( setelah 11 jam melaut ), kami bergegas mencari sewa mobil setempat yang murah, guna menuju ketempat snorkling spot, tujuannya untuk pemanasan sebelum diving di pulau yang lain.

----- Ekspedisi Wakatobi -----

Pulau Hoga
Pulau Hoga adalah sebuah pulau kecil yang terpisah dan terpencil dari pulau induknya yaitu Pulau Kaledupa, Kami tidak menyusuri wisata yang ada di Pulau Kaledupa, sebab tujuan utama kami ialah Pulau Hoga, yang menjanjikan surga terpencil bagi mereka yang berkunjung kesana. 

Foto ini saya ambil dalam perjalanan dari Pulau Wangi Wangi menuju ke Pulau Kaledupa

Bibir pantai di Pulau Kaledupa yang ditempati oleh suku Bajo yang bermata pencaharian sebagai nelayan

Transaksi instan jual- beli ikan yang saya yakin masih segar

Bahkan anak sekecil ini sudah fasih mendayung dan akrab dengan laut lepas

Segera setelah turun dari kapal kayu yang mengangkut kami dari pulau Wangi Wangi ke pulau Kaledupa, kami lantas menyewa ojek kapal kecil yang mengantarkan kami ke pulau Hoga. Kapal kayu ini memuat kami bersembilan, dan dari tawar- menawar, harga yang disepakati adalah Rp. 75.000 untuk menyewa sebuah kapal kayu untuk kami bersembilan. Dari pulau Kaledupa menuju ke pulau Hoga hanya menempuh lama perairan 15 menit saja. pulau Hoga pun sudah nampak sebenarnya dari bibir pulau Kaledupa.

Kapal kayu besar ini adalah kapal yang mengangkut kami dari pulau Wangi Wangi menuju ke pulau Kaledupa. Lama perjalanan adalah 2 jam di perairan

Sedangkan kapal kecil ini adalah ojek kapal yang kami sewa untuk menuju ke pulau Hoga dari pulau Kaledupa. Lama perjalanan adalah 15 menit di perairan

Rekan saya asik becanda sambil menikmati pemandangan menuju ke Pulau Hoga

Akhirnya sampai juga di Pulau Hoga. Benar- benar masih asri dan terpencil

Inilah Pulau Hoga

Begitu kita menepi untuk mendarat, kita langsung dihadapkan kepada sebuah resort yang terbuat dari bahan dasar kayu dan bambu. Resort ini diprakasai oleh duo wanita. Yang satunya orang Sulawesi asli, sedangkan satunya lagi pensiunan warga negara Belanda yang sudah tinggal di pulau Hoga selama 10 tahun. WOW! Beliau hanya pulang selama 2 bulan ke negara asalnya kala liburan natal tiba, sisa masa hidupnya dihabiskan di Pulau Hoga.

Welcome to Hoga Island

Resort ini terdiri dari 8 bangunan villa yang semuanya terbuat dari kayu dan bambu. Sungguh apik! Hanya tersedia 7 bangunan villa yang bisa disewakan, sebab 1 diantaranya sudah dikontrak oleh sang wanita berkebangsaan Belanda yang menghabiskan masa pensiunnya disini.

Teras depan kamar saya

Tempat tidur saya. Romantis!

Fasilitas lain yang sederhana dan sesuai tema

Harga yang disepakati setelah proses tawar- menawar yang cukup alot adalah Rp. 200.000/ orang ( bukan per kamar ), untuk menginap selama 2 hari 1 malam disini. Fasilitas yang kami dapat adalah tempat tinggal, kamar yang muat untuk 2 orang dewasa, kamar mandi dibelakang bangunan kamar yang juga unik dan bersih, serta makan 3 kali sehari selama 2 hari kami menginap sudah tersedia. Minuman kopi dan teh bisa diseduh sendiri kapanpun anda mau. Harga untuk turis asing adalah 100 dollar per orang.

Yang harus anda catat dari penginapan ini adalah serangan nyamuk dan berbagai serangga pada malam hari, serta air mandinya payau, alias masih terasa asinnya, terpaksa setelah mandi, saya harus bilas dengan sebotol air mineral, sebab saya memiliki kulit yang sensitif, demikian juga ketika saya sedang gosok gigi. Toko yang menjual air, rokok, snack, dan lain- lain letaknya amat sangat jauh dari sini dan harus mengandalkan perahu ojek pula. Jadi jangan sampai anda lupa mengisi logistik kebutuhan anda terlebih dahulu. Listrik hanya menyala dan dapat digunakan dari pukul 05.00 sore sampai dengan 11.00 malam WIT. So, please do prepare. 

Konon setelah saya telah menyelesaikan semua Ekspedisi Wakatobi ini, ternyata pulau Hoga ini yang menjadi favorit saya untuk resortnya. Makanannya enak, penduduknya ramah, tempatnya asri dan sepi. Meskipun anda bisa berkeliling pulau, atau sewa ojek kapal kayu lagi untuk snorkling. Saya pribadi memilih bermalas- malasan sambil menikmati kopi dan menikmati apa yang ada didepan mata saya. Surga versi saya. Karakter pulau ini adalah campuran dari hutan tropis dan laut lepas. 

Dean memilih bermalas- malasan. No agenda at all

Gantungan seperti ini banyak tersedia di gazebo sepanjang resort khusus untuk tamu yang menginap

Menulis blog sambil menunggu sunset tiba di Hoga

Binatang klomang banyak saya jumpai di Hoga

Akhirnya sunset tiba juga di Hoga, with a clear blue sky

Thats why i love Hoga


----- Ekspedisi Wakatobi -----

Pulau Tomia
Sebelum kaki ini menginjak di bumi Sulawesi, kepulauan Tomia, saya susah mendoktrin diri sendiri dengan berbagai tayangan video Youtube mengenai indahnya Pulau Tomia dan surga coral reef nya.

Saya pribadi memang sudah meagendakan apa saja yang harus saya kerjakan selama di pulau Tomia. Semua informasi mengenai Tomia selama ini saya akses melalui situs- situs diving luar negri.

Yang perlu anda ketahui mengenai Dive Centre di pulau Tomia adalah layanan diving ini dibagi menjadi 2 kubu. Yang satu bernama WAKATOBI DIVE CENTRE dan yang satunya lagi bernama TOMIA DIVE CENTRE.

Wakatobi Dive Centre diprakasai turis asing yang mencoba peruntungan bisnisnya di bumi pertiwi. Harga yang mereka suguhkan ialah 1.000 dollar per orang ( alias hapir 10 juta ), untuk satu malam bersantai resort pribadi disini sambil menjelajahi keindahan coralnya. Fasilitasnya paling mutakhir, dengan service pengantaran dengan helicopter, private resort yang dilengkapi helipad, Chef dalam dan luar negri, dan layanan diving sesuka hati setiap hari khusus untuk tamu. Dive Masternya ialah orang lokal dan luar negri yang saya yakini lebih dari mumpuni. Jangan dikira dengan tarif mahal lantas resort ini menjadi sepi pengunjung, ketika saya hubungi melalui email, mereka menyatakan full booked sampai di akhir bulan Agustus nanti. Alamak.

Tomia Dive Centre adalah layanan wisata bawah laut yang diprakasai seorang dokter lokal bernama Dokter Yudi. Dari informasi yang saya himpun, dokter ini jatuh cinta terhadap keindahan bawah laut Wakatobi ketika beliau ditugaskan disini beberapa tahun silam, lantas dia mendirikan Tomia Dive Centre dengan bekerjasama dengan banyak penduduk lokal. Semua ia manage sendiri. Ketika saya dan rekan berkunjung ke pondok Tomia Dive Centre, sayang sekali dokter Yudi tengah bertugas di kabupaten yang lain, dan saya lantas diperkenalkan dengan kawan- kawan lain dokter Yudi.

Kami akhirnya menginap dan menggunakan jasa diving yang ditawarkan oleh kawan- kawan dokter Yudi, yang semuanya dimiliki dan dikelola oleh penduduk lokal yang ramah dan santun.

Kamar ini harganya Rp. 180.000/ malam dan cukup untuk 2 orang 
di Penginapan yang bernama " Ali Hotel "

Keesokan paginya kami lekas sarapan mengisi bahan bakar energi, guna berwisata bahari snorkling dan diving di sekeliling Pulau Tomia seharian penuh. Pulau ini dibagi menjadi beberapa titik yang mereka sebut dengan “ Diving Spot “ dan “ Snorkling Spot “ yang merupakan titik lokasi tempat para diver menyelam. Terdapat lebih dari 17 nama spot yang Pulau Tomia tawarkan.

Untuk memulai petualangan bawah laut ini, kami perlu menyewa sebuah perahu khusus untuk mengantarkan kami bersembilan mengitari Pulau Tomia dan spot- spotnya yang spektakuler. Sebuah kapal dengan 3 orang awak pembantu dan dua orang Dive Master pilihan kami, dilengkapi dengan fasilitas kamar mandi, kompor gas, 6 buah kasur untuk tidur, shower untuk bilas dengan air tawar, geladak depan kapal untuk berjemur dan geladak belakang untuk memakai peralatan diving, dibrandol dengan harga Rp. 1.500.000 untuk sewa selama seharian penuh khusus untuk kami, tanpa penumpang lain.

Kapal yang kami sewa bernama " Romeo ", kami sewa seharga 
Rp. 1.300.000
melalui proses tawar menawar yang alot

Perlu kawan- kawan sekalian catat, cahaya matahari dan ombak terbaik untuk berwisata bawah laut adalah disekitar pukul 08.00 pagi – 02.00 sore, meskipun banyak sekali diver yang lebih suka diving pada sore bahkan malam hari. Mayoritas dari kami belum mahir, dan kami memilih aman, sambil melihat semua species bawah laut sibuk hilir mudik pada pagi hari mencari makanan.

Kami berlayar pada pukul 08.30 pagi, dan sampai di diving spot pada pukul 09.00 lewat sedikit. Diving spot dibawah kami bernama spot “ Magnifica “, yang membentuk wall coral, atau dalam bahasa indonesia berarti coral yang berdiri disepanjang semenanjung kepulauan yang membentuk dinding- dinding coral warna- warni. Amazing! Jangan membayangkan coralnya terdapat dibawah anda, atau dasar laut yang gelap nan menyeramkan. Coral warna- warni berserta semua makhluk lucu warna- warni justru berada disamping anda membentuk tembok tinggi karena coral ini terbentuk di dinding semenanjung gugusan Tomia.

Budianto, guide saya melompat bebas kedalam laut untuk menangkari jangkar
Spot inilah yang bawah lautnya dinamai " Magnifica "

Jika ditelusuri gugusan wall ini, spot “ Magnifica “ akan menyambung ke spot lain yang bernama “ Fan West “, atau lebih dikenal sebagai diving spot yang menyuguhkan banyak kipas coral warna- warni dan ikan coral terutama jenis Moorish Idol, Angelfish dan Butterfly fish dalam jumlah koloni mencapai ribuan ekor. Zuper! Saya dan seorang rekan perempuan maniak diving ditemani 2 Dive Master untuk menjadi guide kami dibawah sana. Lama kami berempat menyelam adalah sekitar 33 menit – 43 menit untuk menyelusuri “ Magnifica “ menuju ke “ Fan West “. Saya menghabiskan tepat 100 bar oksigen dalam tabung saya dari total oksigen 200 bar. Saya dan rekan sengaja tidak menghabiskan seluruh oksigen yang kami miliki agar kawan- kawan lain dalam ekspedisi ini bisa ikutan terjun kebawah laut menggunakan tabung oksigen kami. Maklum, banyak diantara mereka yang belum pernah tersihir keindahan bawah laut sama sekali. Boro- boro ketagihan seperti saya, mereka malah cenderung was- was.

Dean Lugisto finally dived at Wakatobi
Sayangnya ini hasil jepretan kamera poket, jadinya kurang tajam dalam perihal warna koral
Mulai masuk dikedalaman under 10 meter kebawah laut
Fan coral favorite saya sepanjang masa. Aslinya berwarna orange kemerahan
Softcoral favorit saya, dan juga ada 5 ekor clownfish alias nemo, yang sedang mengumpet dari saya
Lebih dari 30 ekor ikan, jenis Cardinal tidak malu berfoto bersama saya
Mulai lupa harus selalu bersama dengan guide dan mulai nyaman mengekplorasi dengan diri sendiri
Berfoto dikedalaman 12 meter bersama Ken Ikeu
 Rekan perempuan yang juga telah fasih dengan olahraga diving
Berfoto dengan guide bawah laut saya yang super ramah, Mas Budianto namanya
Stopwatch dan bar oksigen saya

Bagi anda yang mampir ke Wakatobi, jangan sampai lupa untuk mengintip keindahan coral bawah lautnya di Pulau Tomia. Jangan ragu menggunakan jasa Diving Centre disini. Menurut penelitian kecil- kecil an saya, mereka semua ber- license, mumpuni dengan jam terbang ( baca : selam ), sudah lebih dari cukup untuk disebut sebagai seorang Dive Master.

Budianto, guide bawah laut saya ( berdiri )
Kiri ke kanan, Ken Ikeu, Dean Lugisto dan Dive Master Mr. Ahmad

Ini nomor telepon Dive Master yang bernama Mr. Ahmad
085340853831

Dan saya sendiri memang mempunyai hidden agenda untuk membantu saudara- saudara kita sesama orang Indonesia, agar mata pencaharian mereka tetap subur dengan cara mengumpulkan informasi sebanyak- banyaknya secara kolektif dan membagikannya melalui blog ini. Jangan sampai mereka tergiling bulldozer management invasi asing ( meskipun memang tidak selalu berdampak buruk dalam opini pribadi saya ). Beri mereka kesempatan, pakailah jasa mereka.

Mata seluruh dunia mengarah ke Wakatobi sejak konsensi peraturan Bahari International tercatat pada tahun 2006 dan masuk dalam situs perlindungan PBB, dengan kode nama “ Triangle Coral Project “, karena keindahan bawah lautnya dan keragaman speciesnya yang tidak dimiliki oleh negara lain. Jangan sampai anda menyesal urung untuk mengintip ke bawah sana.

Tomia jelas meninggalkan kesan mendalam dihati saya. Selama ini saya hanya sempat diving beberapa kali di gugusan Kepulauan Seribu, Bangka, dan paling keren, paling di Pulau Menjangan, milik Bali. Tomia sungguh berbeda dengan pengalaman saya selama ini. Coralnya heterogen dan berwrna- warni, yang tandanya adalah kaya akan nutrisi mineral dan kejernihan airnya ( jarak pandang didalam air dalam bahasa para diver ) adalah sejauh 8- 9 meter bening, sebening tanpa air. Bali saja kalah dalam opini saya. Belum lagi kekayaan species ikannya yang eksotik.


Terima kasih alam semesta raya




----- Ekspedisi Wakatobi -----


Total ekspedisi yang kami lakoni untuk menyusuri Wakatobi adalah membutuhkan 4 kali terbang dengan maskapai penerbangan dan 12 kali berlayar dengan kapal laut, untuk pulang dan pergi. Itupun masih minus satu pulau yang bernama Pulau Binongko. Pulau ini kami skip karena keterbatasan waktu, uang, tenaga dan . . . minat. Mungkin lain kali.

Budget pribadi yang saya keluarkan totalnya adalah 6- 7 juta Rupiah untuk 7 hari 6 malam start dari Jakarta - Makassar - BauBau - WangiWangi - Hoga - Tomia - dan kembali lagi ke WangiWangi - BauBau - Makassar dan akhirnya Jakarta tercinta. Itu mencakup makan, jalan, main, dan bahkan oleh- oleh pastinya.

Dean special Thanks to . . . 


Johanez Jonaz Goreti
Terima kasih untuk invitationnya dan kesempatan langka ini. Alam semesta raya dan maya sungguh baik mempertemukan kita berdua. Gak sabar menunggu kamu mampir ke Jakarta, teman- teman lain pasti rebutan mau ketemu kamu, kami akan menjamu kedatangan seorang kawan dari Surabaya nanti. Can't wait


Mas Tj
Terima kasih untuk kesabarannya menghadapi klan Mur - e - hum. Wakaka, punya kenalan team leader seperti anda sungguh sebuah kesempatan yang baik untuk saya. Saya belajar banyak dari observasi saya terhadap anda. Tentang caranya memimpin, tanpa terasa sedang dipimpin. Sukses selalu pak kepala sekolah!

Mas Didik
Mana geleng- geleng kepalanya mas? Wakakaka. Paling cool diantara kita semua, dan jalannya paling cepat pula! hehehe Semoga dilain kesempatan kita bisa berjumpa kembali, dan ( semoga ) sudah jadian sama sang pujaan hati
 #secretwisdom



Mbak Septi
Paling baik dan keibuan diantara semua. Terima kasih untuk lotionnya setiap malam, hahahahaha sekarang setiap kali liat botol vaseline, saya jadi ingat mbak. Terima kasih juga untuk support, doa dan dukungannya sampai detik ini. Saya tengah rawat inap dirumah sakit ketika menyelesaikan blog ini. Salam

 Mbak Fina Vine
Bendahara resik, santun, murah senyum dan baik hati. Ayo kapan main ke Jakarta mbak? Saya traktir makanan super duper pedas yang ada di seantero jagat Jakarta! Jaga dirimu baik- baik, sampai berjumpa lagi dilain kesempatan ya mbak


Mbak Ike
Senang luar biasa nemu partner yang suka diving juga. Terima kasih untuk sharing knowledgenya, pijat abstraknya, juga untuk mau dijadikan objek foto- fotoan saiya, hahaha . . . Semoga cita- cita kita mampir ke Raja Ampat kesampaian ya. Tetap seksi dan sampai jumpa di perairan dan daratan yang lain

Mbak Riri
Sang perempuan laba- laba, jejaring sosialnya dimana- mana! Antar pulau pula! Hahahaha . . . my trip felt so colourful because of you. Thanks alot for being such a high spirits along the trip and a loyal smoker companion! Keep healthy and can't wait to see you again. Besos tangan

Mbak Erning a.k.a Dorry a.k.a Kugy
"Ojo ngentut nang kene" - sekarang aku ingat, hahaha . . . kakak yang paling ekspresif kalau ngomong sesuatu. Dean belajar banyak dari mbak, aku ga sabar nunggu trip kita berikutnya, kemana aja jadilah, asalkan ada mbak. Doakan aku selalu yo, sekarang aku berasa punya kakak beneran yang rada nyeleneh dilain kota. Sungkem













1 komentar: